Liburan ke Solo, tak lengkap jika belum menyantap nasi liwet. Kuliner khas Solo ini terdiri dari nasi gurih yang disajikan bersama sayur labur siam, suwiran ayam, dan areh. Salah satu tempat yang menyajikan menu lezat ini adalah Nasi Liwet Bu Wongso. Warung makan yang tak pernah sepi pengunjung. Apa keunikan dibandingkan warung lainnya? Yuk, simak ulasannya berikut!
Warung makan yang berada di Jalan Teuku Umar, Keprabon ini tak pernah sepi pengunjung karena namanya yang sudah fenomenal. Selain cita rasa istimewa yang ditawarkan, ternyata tempat makan ini sudah buka sejak lama. Tepatnya tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia merdeka. Hingga saat ini, pemilik warung ini masih keturunan dari generasi pertama. Tentu saja, cita rasa menu yang ditawarkan sebelas dua belas dengan aslinya.
Kelezatan Nasi Liwet Bu Wongso Lemu ini tak perlu diragukan lagi. Seporsinya terdiri dari nasi gurih yang dipincuk dengan daun pisang, serta aneka lauk dari suwiran ayam, sayur labu siam, telur, hingga areh atau bubur santan. Ada juga ingkung, dada, paha, sayap, ceker hingga ampela ati yang jadi pelengkap lauk. Untuk rasanya, nendang banget. Ada paduan pedas, gurih dan manis yang menggugah selera.
Nasi liwet merupakan kudapan yang pas disantap kapanpun. Mau sarapan, makan siang, atau pun makan malam semuanya bisa. Nah, untuk nasi liwet di Bu Wongso Lemu ini hanya ada di malam hari, buka jam 6 sore dan tutup jam 12 malam. Ingat, sebelum menyantap makanan ini, cek terlebih dahulu harganya. Pasalnya, harga nasi liwet yang disajikan di sini berbeda dengan lainnya. Hingga artikel ini ditulis, seporsinya dibanderol mulai dari Rp19.000.
Tidak hanya soal menunya yang Indonesia banget, penjual nasi liwet ini juga menarik perhatian karena kostum yang digunakannya. Yap, hampir semua menggunakan baju tradisional kebaya. Tentu saja, kamu bakal serasa kembali ke masa lalu. Tak hanya itu, kamu juga bakal dihibur pengamen tradisional yang terdiri dari ibu-ibu bermake-up tebal, bersanggul, dan memakai kebaya.
Sumber: https://travelingyuk.com/nasi-liwet-bu-wongso-lemu/106938/
Sebuah tenda biru di samping gapura Pasar Klewer Solo dipenuhi belasan orang. Ada yang duduk di bangku tanpa meja sambil membawa sebuah pincuk (wadah makan dari daun pisang), ada pula yang berbaris antre menghadap penjual yang menyiapkan tengkleng pesanan.
Pemandangan ini biasa dilihat di warung tengkleng Bu Edi di Pasar Klewer. Tengkleng merupakan hidangan khas Solo menyerupai gulai namun memiliki kuah lebih encer dan berisi tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel.
Sebelum membuka lapak di antara Masjid Agung dan Pasar Klewer, usaha tengkleng yang dimulai sekitar 1971 oleh nenek Bu Edi ini dimulai dari keliling Pasar Klewer. "Nenek Bu Edi menggendong wadah tengkleng dan menjual secara berkeliling sekitar lima tahun," ungkap Sulistri (34), generasi keempat pengelola warung tengkleng Bu Edi.
Akhirnya, pada 1980-an, Nenek Bu Edi memilih menetap di lokasi yang sekarang menjadi warung tengkleng Bu Edi hingga terkenal. Selain kelezatan yang tak diragukan, cara penyajian tengkleng di atas pincuk memberi kenikmatan. Pembeli bisa menyeruput kuah langsung dari pincuk sambil duduk maupun berdiri. "Sehari, kami bisa menyediakan 300-an porsi," ujar Sulistri.
Biasanya, Sulistri membuka lapak sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, belum sempat lapak dibuka, calon pembeli sudah antre karena khawatir kehabisan. Tiga hingga empat jam lapak dibuka, tengkleng Bu Edipun ludes diserbu pembeli. "Kadang, sejam juga sudah habis. Kasihan pembeli yang sudah antre dan tidak kebagian. Apalagi kalau mereka dari luar Kota Solo," ungkapnya.
Sekali berjualan, dia membawa empat sampai lima panci tengkleng berukuran besar. Pembeli bisa meminta bagian tulang atau organ kambing yang diinginkan. Di antaranya, iga, lidah, sumsum, kaki, mata, pipi dan jeroan (organ bagian dalam).
"Sekali jualan, biasanya habis 60 sampai 70 kepala kambing. Kami jual sepincuk (seporsi) seharga Rp 25 ribu, bisa pakai nasi atau tidak," sambungnya.
Selain kepala kambing yang sudah dipotong-potong, tengkleng Bu Edi memiliki komposisi tulang kambing seberat 50 kilogram, 80 buah kaki kambing, dan 20 kilogram jeroan kambing. Sulistri mengaku, sebenarnya tidak ada bumbu rahasia. Dia memasak berdasarkan resep yang digunakan turun temurun. Bumbu yang digunakan pun sederhana, berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, merica, ketumbar, lengkuas, dan jahe.
Tengkleng olahan Bu Edi digemari berbagai kalangan, mulai masyarakat umum sampai pejabat. Di antaranya, mantan walikota Solo yang sempat menjadi Gubernur DKI Jakarta dan kini menjadi presiden RI, Joko Widodo. Pihaknya sering diminta mengantar atau memasak tengkleng di rumah dinas walikota Solo, Loji Gandrung. Juga, mengantar ke Jakarta tempat Jokowi berdinas, saat Idul Fitri.
Tak hanya Jokowi, tengkleng Bu Edi juga disuka mantan pejabat asal Solo, di antaranya Wiranto dan Harmoko. Keluarga besar mereka seringkali memesan tengkleng Bu Edi di acara-acara penting. Ketenaran tengkleng Bu Edi yang lezat juga mengundang rasa penasaran penikmat kuliner, Muhamad Aziz. Pembeli asal Yogyakarta ini tak pernah melewatkan tengkleng Bu Edi saat berkunjung ke Solo.
"Kebetulan ada kerjaan di Solo, sekalian mampir. Saya paling suka (tengkleng) lidah, terus pipi dan iga. Meski di Yogyakarta ada tapi rasanya tidak seenak di sini. Yang jelas, belum lengkap rasanya kalau ke Solo tidak mampir ke sini (warung tengkleng Bu Edi)," ujar warga Godean ini.
Selain di gapura Pasar Klewer, warung tengkleng Bu Edi bisa ditemui di kawasan wisata kuliner Gladag Langen BOgan (Galabo) di Jalan Mayor Sunaryo dan sekitar Pasar Jongke, Laweyan.
Tersebar di Pelosok Kota
Olahan daging kambing memang banyak digemari. Di Solo, bahan ini tak hanya diolah sebagaitengkleng atau satai. Varian lain, berupa tongseng dan satai buntel, juga menjadi favorit. Biasanya, warung yang menjual menyediakan semua atau kombinasi beberapa varian tersebut.
Jalan-jalan ke Solo kurang lengkap rasanya jika tidak mencicipi sajian kulinernya. Ada beberapa kuliner khas yang menjadi ciri khas Solo. Serabi Notosuman, gudeg ceker, selat solo, soto gading, tahu kupat, sate kere, baso, soto timlo, merupakan kuliner yang sering dicari jika berkunjung ke kota ini. Salah satu kuliner terkenal yaitu soto timlo. Makanan dengan rasa gurih-gurih segar ini selalu dicari orang yang berkunjung. Timlo Sastro di Pasar Gede Timur No. 1 merupakan salah satu tempat penjual timlo solo yang terkenal.
Timlo Sastro, biasa dikenal juga sebagai timlo Balong diambil dari nama sang pendiri tempat usaha ini, yaitu (alm) Pak Sastro. Pak Sastro membuka warung ini sekitar tahun 1962, awalnya hanya berupa tenda kaki lima sederhana di sebelah barat pasar. Adanya renovasi pasar ketika itu membuat Pak Sastro harus pindah ke sudut belakang Pasar Gede. Terhitung sejak tahun 1958 itulah, Timlo Sastro menempati lokasinya yang sekarang. Sejak awal berdirinya, warung ini hanya buka dari pkl. 06.30 – 15.30.
Pengelola warung saat ini yang kesemuanya adalah anak Pak Sastro masih menjalankan amanat ayah mereka mengenai jam buka dan tutupnya. Jadi Anda yang hendak mencoba kuliner ini di warung Timlo Sastro, bersiaplah kecewa jika datang lebih dari pkl. 15.30. Tapi jangan terlalu kecewa. Jika lebih dari pkl. 15.30, Anda dapat mendatangi cabangnya di Jl. Wahidin No. 30, daerah Penumping. Di sana mereka buka hingga pkl. 22.00.
Timlo Solo merupakan hidangan berkuah, terdiri dari mie soun, potongan sosis Solo, suwiran ayam, wortel dan irisan telur masak kecap. Terkadang ditambah irisan hati ayam dan telur dadar di dalamnya. Kemudian, disiram dengan kuah bening seperti sop.
Masakan ini rasanya gurih dan segar seperti soto, namun juga terdapat cita rasa sup di dalamnya. Sebagian orang yang sudah mencicipinya bahkan menyebutkan bahwa timlo merupakan gabungan rasa soto dan sup. Bumbu untuk membuat timlo cukup sederhana, terdiri dari pala, bawang putih, lada, dan bawang goreng sebagai bahan tabur di atas nasi. Kuah timlo bening seperti sup, terbuat dari kaldu ayam pekat. Kuah ini dihidangkan dengan berbagai macam varian bahan seperti ati ampela, semur telur bebek atau telor bumbu kecap, potongan daging ayam dan sosis solo.
Di Timlo Sastro ini, Anda dapat memilih menu yang tersedia mulai dari harga Rp. 7.000 (paket hemat) hingga Rp. 18.000 (paket lengkap). Untuk paket lengkap ini terdiri dari nasi, ati rempela, telur, dan sosis solo. Sementara paket sederhana terdiri dari nasi dan kuah timlo saja. Minumannya pun beragam dari harga Rp. 2.000 hingga Rp. 10.000, Anda dapat memesan es stroop, es teh manis, teh manis hangat, susu soda dan lain-lain.
Sumber : http://ulinulin.com/posts/timlo-sastro-timlo-legenda-dari-pasar-gede-solo
Es Kapal boleh dibilang sebagai salah satu jajanan alias kuliner unik dan khas yang ada di Kota Solo. Adanya Es Kapal ini memang luar biasa diminati sob. Es Kapal memang telah memiliki tempat khusus di hati para penggemarnya khususnya masyarakat Kota Solo. Siapa sih yang gak bakal jatuh hati ketika bertemu dan menikmati Es Kapal , kuliner tradisional yang low profile , ramah kantong namun dua jempol …luar biasa joss nan. Terlebih lagi Es Kapal ini sangat cocok banget sob sebagai pelepas dahaga selepas keliling Kota Solo maupun melepas penat usai bekerja maupun melakukan rutinitas harian perkotaan yang begitu luar biasa. Mak nyess…seger nan.. josss nan.. plooong sob..
Es Kapal ini sendiri merupakan salah satu kuliner temp doeloe ‘tempo dulu’ , ya kalau ndak salah sob hadir sekitar era 80-90an. Nah si Es Kapal ini terbuat dari santan yang dicampur dengan serutan es batu ‘srokk..srokk*bunyi es batu ketika diserut…diserut deh es-nya’. Tak lupa dengan tambahan sedikit garam sob terus diputar – putar deh dan cling jadilah es nya, siap deh untuk disajikan plus siap sruput *eh. Saya sendiri lupa tak memperhatikan ada varian apa saja di Es Kapal Baron Solo ini sob. Cuman berdasarkan pengamatan sekilas beberapa pesanan lain dan pesanan saya sendiri sob sepertinya hanya ada satu varian es Kapal saja yakni varian es kapal coklat. Penyajian Es Kapal ini pun terbilang sederhana sob. Es yang sudah siap saji dituang ke dalam gelas kaca. Mungkin sobat sudah sangat kenal dengan gelas kacanya. Sering banget ketemu gelas kaca nya di warung susu segar. Ya kayak gitu deh gelas kacanya.
Seusai es nya tadi dituang dalam gelas kaca sob , lalu diberi sehelai roti deh diatasnya. Mak celuup….gitu itu aja sob. Sempat terlintas dibenak pikiran saya sob , saya pikir asal mula penamaan Es Kapal ini sendiri berasal dan terinspirasi dari penyajian es Kapal. Dimana kalau kita sekilas melihat dari penyajian es kapal ini sehelai roti yang diletakan plus dicelupkan ke dalam gelas berisi es akan terlihat mirip dengan kapal *maksud saja moncong atau ujung kapal. Lihat deh sob ? Iya kan ?
Namun ternyata dugaan saya salah sob. Ternyata asal mula penamaan es Kapal ini sendiri bukan karena itu semua sob *bentuk penyajiannya tetapi lebih kepada asal mula nya dari para penjual es kapa ini menggunakan gerobak yang berbentuk seperti kapal. Tuhh sob coba perhatikan , gerobaknya mirip kapal , terlihat ada satu sisi yang mirip dengan moncong alias ujung kapal. Tuhh kan…
Hmm…nikmat banget sob es Kapalnya.. josss. Saya sendiri tak pandai dalam soal rasa kuliner namun saya suka banget dan joss nan sob…
Harganya berapa kak ? Untuk harganya sendiri …jreng.. hanya Rp 4.000,- saja sob. Murah banget kan sob.
Sesuai dengan saya menyebutnya sob Es Kapal Baron ini berada di Baron , kota Solo. Nah lebih tepatnya dekat perempatan Baron Solo atau eks Bundaran Baron Solo, Depan Kantor Polisi Baron sob. Tempatnya teduh adem dan nyaman sob. Kadang Es Kapan Baron Solo ini ditemani penjual bakso.
Oh iya Es Kapal Baron ini mungkin mulai buka jam 8 pagi , soalnya saya sendiri sih ketika mampir selepas CFD jam 9nan masih sepi dan kondusif hahah.. Siang pun masih buka dan jualan sob namun bisa terjadi antrian yang hmmm.. sabar mengantri ya sob wkwkw.. Saya sendiri sih paling suka mampir selepas CFD lebih kondusif *eh *dijewer.
Sumber http://solo.tribunnews.com/2017/06/28/es-kapal-baron-solo-ini-bertahan-sejak-tahun-1980-an
https://asedino.wordpress.com/2017/04/25/sudah-kenal-belum-es-kapal-baron-solo/
Jalan-jalan ke Solo tidak akan membuatmu kelaparan. Ada banyak kuliner enak di kota yang juga dikenal dengan nama Surakarta ini. Tak hanya sate buntel dan nasi liwet. Solo juga memiliki banyak es enak yang bisa dinikmati untuk menyegarkan diri di siang hari. Es Gong 2000 menyajikan berbagai olahan es tanpa bahan pengawet sehingga aman, segar dan mantap untuk anda penggemar es. Es Gong 2000 memiliki varian menu andalan seperti es tahu campur, es tahu teler, es buah, es coklat, es degan dan masih banyak lainnya. elain durian, buah mewah yang dicari dalam es teler adalah alpukat. Di Es Gong 2000, pengunjung bisa mendapatkan semangkuk Es Teler Durian lengkap dengan alpukatnya. Tak hanya itu, potongan warna-warni puding akan membuat semangkuk esmu semakin menggugah selera. Khusus es alpukat saja juga bisa dipesan di sini hanya dengan harga Rp.10 ribu. Mampir saja ke kedai sederhananya yang berlokasi di Jalan Kapten Mulyadi, Shelter Lojiwetan, Kedung Lumbu, Solo.
Sumber : https://pegimakan.id/menikmati-segarnya-kedai-es-gong-2000-solo/